Dalam diamnya malam dan temaram cahaya lilin, seorang perempuan berdiri di hadapan cermin tua. Tatapannya tenang, nyaris beku namun di balik ketenangan itu, sesuatu bergerak. Sesuatu yang tak lagi ingin disembunyikan. Di dalam pantulan, terselip senyum asing dan sorot mata yang tahu terlalu banyak. Ia bukan lagi istri kedua yang tunduk, bukan hanya bayang-bayang dalam rumah bangsawan. Ada kekuatan yang tumbuh dari kehilangan, dari luka yang tak pernah sembuh. Bukan sihir, bukan kutukan melainkan tekad, dendam, dan kehendak yang menolak padam. Cermin menjadi gerbang, bukan hanya untuk melihat, tapi untuk membangkitkan. Karena kadang, kekuatan terbesar lahir dari kehancuran terdalam. Dan mereka yang pernah dikurung… adalah yang paling berbahaya saat terbangun.